Bagi keluarga ODGJ (orang dengan gangguan jiwa), maka segeralah bawa anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa sedini mungkin ke fasilitas kesehatan terdekat. Jangan sampai terlambat. Kenapa? Sebab kalau sudah terlambat, gangguan yang dialami sudah makin berat. Kemudian energi, keuangan, waktu kita terbuang percuma. Masalah lainnya yang kemudian timbul, kita seringkali merasa malu dengan stigma yang kita terima dari masyarakat ataupun self stigma yang kita alami sendiri.
Ketika kita sudah lelah, sulit bagi kita untuk bisa menjadi pendengar yang baik bagi ODGJ yg kita dampingi. Bawaannya akan kesal terus. Tapi kalau sedini mungkin kita bawa berobat, kita masih diliputi kepedulian dan punya banyak energi untuk mendengarkan dan menggali apa yg sesungguhnya dialami atau dipikirkan orang yang kita dampingi. Kita bisa lebih mudah berempati terhadap penderitaannya.
Di sisi lain dengan menjalani pengobatan, gejala yang dialami juga bisa mereda dan ia lebih mampu mengungkapkan perasaan dan pikirannya, serta menerima pembicaraan orang lain.
Dengan menjadi pendengar yang empatik, kita dapat memenangkan kepercayaan darinya. Karena kita telah berusaha menempatkan kita pada posisi yang ia alami. Sehingga di kemudian hari bisa bekerjasama dengan baik bersama psikiater untuk membantu pemulihan.
Berikut ini disajikan tips yang diambil dari website Crisis Intervention dot com. Mari secara kreatif menerapkan tips ini, baik strateginya maupun momennya dan kondisi ODGJ-nya.
Tujuh Tips untuk Mendengarkan dengan Empati (Empathic Listening)
1. Tidak Menghakimi
Ini sungguh tidak mudah, namun melupakan sejenak pendapat pribadi Anda atas orang yang Anda dengarkan dapat membebaskan diri Anda untuk lebih fokus pada sudut pandang orang tersebut. Menerima sudut pandang dan emosi seseorang akan membantu Anda menolong mereka. Hal ini tidak berarti Anda setuju semua hal yang dikatakannya. Tujuan dari sikap ini adalah untuk menunjukkan bahwa Anda peduli padanya bahwa mereka layak didengarkan. Bahwa ia penting.
2. Pusatkan Perhatian
Abaikan gangguan/distraksi. Pastikan waktu Anda saat ini sepenuhnya didedikasikan untuk mendengar apa yang dia ungkapkan, dan pastikan bahwa tidak ada komputer, handphone atau benda lain di antara diri Anda dan dirinya. Berikan fokus sepenuhnya dan tunjukkan respek/sikap menghargai, dan biasanya seseorang akan lebih bersikap tenang bila ia tahu bahwa dirinya merasa dihargai.
3. Dengarkan dengan Cermat (pada Perasaan dan Fakta)
Cermati kata demi kata atau lihat dalam pandangan kontekstual yang lebih luas dari orang itu dalam situasi spesifik. Perjatikan nada bicara, bahasa tubuh, dan petunjuk lainnya dibalik kata-kata yang diucapkan untuk dapat melihat ke nilai perasaan di dalamnya. Kim Warchol menggambarkan Empathic Listening dengan mengatakan, “Dengar dengan kuping, mata dan hatimu.”
4. Tunjukkan bahwa Anda Mendengarkan dengan Penuh Perhatian
Pikirkan baik-baik sikap tubuh Anda dan pesan non verbal lainnya. Bumbui dengan bahasa tubuh yang menunjukkan dukungan melalui kontak mata, anggukan, dan sinyal lain yang layak untuk menunjukkan perhatian Anda pada apa yang ia ucapkan tanpa ada jeda yang berarti.
5. Jangan Takut pada Diam
Kadang yang dibutuhkan seseroang adalah untuk didengarkan atau dia hanya ingin ditemani, bahwa Anda tetap mendampinginya. Perhatikan baik-baik pada konteks dan kualitas sikap diamnya sebelum Anda memberikan respon. Orang tersebut mungkin sedang memikirkan apa yang akan dibicarakan berikutnya atau butuh diam sejenak beberapa waktu untuk menguasai emosinya.
6. Beri Penekanan Ulang dan Gunakan Parafrase
Ketika Anda berbicara, kutip kata-kata orang yang Anda dengarkan. Ajukan pertanyaan, dan buat komentar klarifikasi bila diperlukan. Jaga terus prinsip menghargai dan tidak menghakimi, berikan wkatu yang cukup bagi orang itu untuk merespon. Ingat, tidak ada skrip skenario untuk melakukan mendengarkan dengan empati (Empathic Listening). Respon lah berdasarkan orang itu, situasinya dan momennya.
7. Tindak Lanjut
Tanyakan kembali pada orang itu bila masih ada pertanyaan, komentar atau hal yang masih ingin diceritakan. Bila perlu sediakan waktu di lain kesempatan bila ia masih membutuhkan untuk didengarkan.
Kegunaan empatik listening ini antara lain untuk mengedukasi kepatuhan minum obat. Kenapa ODS tidak mau minum obat. Misalnya karena ia tidak merasa sakit. Dengarkan alasan-alasannya, kemudian jelaskan bagaimana gangguan fungsi otak yang dialaminya dan bagaimana obat bekerja. Atau untuk berbagai hal lainnya dalam dinamika pendampingan sehari-hari.
Teknik Empathic Listening ini yang dipromosikan oleh Xavier Amador, seorang Psikolog Klinis yang kakaknya penderita skizofrenia dan bertahun-tahun sulit diyakinkan minum obat. Sehingga berkali-kali kambuh dan berurusan dengan polisi. Ia seringkali putus asa dan marah besar pada kakaknya, hingga suatu saat ia berusaha menerapkan Empathic Listening dan berhasil. Xavier Amador kemudian mendirikan LEAP Institut yang kepanjangannya adalah Listen–Empathize–Agree–Partner. Dengarkan – Berempati – Sepakat – Bermitra.
*****
Referensi: Artikel Tips Mendengarkan dengan Empati, ditulis oleh Bagus Utomo, Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia.