“Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi….aku tenggelam dalam lautan luka dalam. Aku tak tahu arah jalan pulang…aku tanpamu butiran debu”
Syair lagu Cakra Khan yang berjudul Butiran Debu ini mewakili suasana hati seseorang yang mengalami depresi.
Mengapa penting bicara soal depresi, dan apa kaitannya dengan bunuh diri?
Apapun teori tentang bunuh diri, bunuh diri dan gangguan mental tidak dapat dipisahkan. Karena dari studi literatur disebutkan 95% dari semua pasien yang melakukan bunuh diri atau berusaha bunuh diri memiliki suatu gangguan mental yang terdiagnosis. Depresi menduduki angka tertinggi dari beragam gangguan mental yang berpotensi bunuh diri yakni sebesar 80%, skizofrenia 10%, dan demensia atau delirium 5%, sisanya gangguan mental lainnya. Diantara orang orang dengan gangguan mental, 25% juga mengalami ketergantungan alkohol dan menderita diagnosis ganda. Salah satu gejala depresi berat adalah ide kematian sampai bunuh diri. Namun bukan berarti setiap depresi berat berakhir dengan bunuh diri. Ada beberapa jenis depresi, salah satunya adalah Major Depressive Disorder (MDD) atau Gangguan Depresi Mayor.
Berdasarkan American Psychiatric Association’s Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi ke-5 (DSM-5) diagnosis MDD dapat ditegakkan apabila memenuhi kriteria berikut ini: Memenuhi 5 atau lebih gejala berikut dengan durasi minimal 2 minggu dan terjadi perubahan fungsi/aktivitas sehari-hari. Salah satu gejala harus mencakup alam perasaan depresif atau kehilangan minat/anhedonia.
1. Alam perasaan depresif hampir sepanjang hari, hampir setiap hari yang dirasakan sendiri atau berdasarkan observasi orang lain
2. Kehilangan minat pada seluruh atau hampir seluruh aktifitas hampir sepanjang hari, hampir setiap hari.
3. Penurunan berat badan signifikan tanpa diet atau kenaikan berat badan atau peningkatan/penurunan nafsu makan hampir setiap hari.
4. Insomnia atau hipersomnia (tidur berlebihan) hampir setiap hari.
5. Agitasi atau retardasi psikomotor (menjadi lebih lamban bergerak)
6. Perasaan tidak berharga atau bersalah hampir setiap hari.
7. Pikiran ingin mati atau pikiran bunuh diri berulang atau percobaan bunuh diri atau rencana untuk bunuh diri
8. Gejala menyebabkan gangguan aktivitas sosial, okupasional, dan fungsi sehari-hari.
Mengapa kondisi depresi bisa memunculkan ide bunuh diri?
Pada saat seseorang mengalami depresi terjadi distorsi kognitif (kognisi yang menyimpang) sehingga ia tidak bisa berfikir jernih. Ia merasa kesulitan untuk melihat sisi positif dan negatif terhadap suatu permasalahan dengan berimbang. Orang dengan depresi cenderung over thinking (memikirkan sesuatu secara berlebihan) dan negative thinking (berfikir negatif) terhadap diri dan lingkungannya. Akibatnya ia sulit menerima masukan dan saran. Harga dirinya menjadi rendah, perasaan bersalah yang berlebihan, pemikiran akan masa depan yang suram dan menganggap kematian adalah jalan keluar terbaik. Terlebih bila depresinya berlangsung lama dan berat. Ia dapat mengalami halusinasi dan waham yang bertema kematian. Misalnya ia mendengar bisikan yang menyuruhnya mengakhiri hidup atau memiliki waham bersalah dan waham nihilstik (kosong).
Hal ini tidak lepas dari kekacauan neurotransmitter di otak terutama serotonin, dopamin dan norepinefrin. Neurotransmitter adalah zat kimiawi tertentu yang menjembatani komunikasi antar sel syaraf. Pemberian obat anti depresan akan mengembalikan keseimbangan neurotransmitter di otak. Itulah sebabnya dengan pemberian obat anti depresan, depresi bisa dipulihkan karena memang ada sistem otak yang terlibat. Jadi bukan hanya sekedar asumsi kurang iman, sakit yang tidak sembuh-sembuh, kemiskinan, perpisahan dan sebagainya.
Intinya tidak ada satu penyebab tunggal dari depresi, termasuk tidak ada satu penyebab tunggal mengapa seseorang bunuh diri. Ada keterlibatan aspek biologi, psikologi, sosial dan budaya. Tentang bagaimana neurotransmitter bekerja sehingga berpengaruh pada kondisi depresi sampai bunuh diri?
***
“Depression is like falling so deep down the rabbit hole you forget what the sky looks like.” (Depresi seperti terjatuh ke dalam lubang kelinci yang sangat dalam sehingga kamu lupa seperti apa langit.) Robin Brodsky Curtin.
***
Day 4 (Sepuluh hari tentang suicide, dalam rangka Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia 10 September 2020)
Penulis : Ida Rochmawati