Belakangan ini bunuh diri pada anak dan remaja semakin meningkat. Penyebab utama adalah kegagalan di sekolah, masalah tekanan dari orangtua, tuntutan prestasi sekolah terlalu tinggi, putus cinta dan konflik. Perilaku merusak pada remaja seperti merokok, minum alkohol dan kegiatan seks bebas juga semakin meningkat.
Sekolah dan perguruan tinggi berfungsi sebagai tempat membangun kehidupan individu dan dapat memainkan peranan penting dalam mencegah perilaku merusak diri tersebut. Membangun sistem nilai, menyiapkan aspirasi individu yang dapat diterima dan menanamkan mekanisme tujuan yang sesuai, merupakan hal yang penting dalam mencegah tindakan bunuh diri pada kelompok usia muda.
Yang dapat dilakukan guru antara lain:
- Memberikan pendidikan keterampilan hidup yang dikombinasikan dengan pendekatan pemecahan masalah merupakan modal untuk menghadapi dan mengatasi kehidupan dengan cara yang realistik dan optimistik.
- Periode transisi dari masa kanak ke remaja selalu merupakan fase yang bergejolak. Berbagai masalah perilaku seringkali ditemukan pada masa ini (afek yang tak stabil, impulsif, kesulitan dalam pertahanan diri, sedang mencari identitas diri, berfantasi, perilaku merusak, marah, anxietas (kecemasan), perasaan yang kompleks tentang diri sendiri dan orang lain serta ketertarikan pada sesama jenis). Perlu dibantu terbentuknya citra dan identitas diri yang mantap agar dapat mengatasi krisis masa peralihan ini dengan efektif.
- Penganiayaan anak juga merupakan masalah yang seringkali timbul yang disebabkan oleh masalah di rumah atau di lingkungan. Anak tersebut sering menjadi korban dan mengalami trauma serta takut untuk berbagi masalahnya dengan orang lain, karena alasan keluarga dan budaya. Mereka membutuhkan dukungan dan bantuan untuk mengatasi stres mental mereka dan belajar mekanisme pertahanan diri.
- Remaja tertentu memerlukan perhatian khusus di sekolah karena mereka mempunyai risiko tinggi untuk tindakan bunuh diri. Ciri anak tersebut adalah: kurang minat dalam bidang pelajaran dan sekolah, menurunnya prestasi akademis, sering tidak masuk sekolah, sering terlibat perilaku merusak, perokok berat, alkohol atau NAPZA lain, harga diri rendah, gangguan makan dan tidur, serta meningkatnya derajat kecemasan.
- Anak khususnya yang berasal dari lingkungan keluarga yang berantakan, orangtua tunggal, orangtua bercerai, konflik perkawinan, orangtua pengangguran dan keluarga besar dengan penghasilan rendah merupakan kelompok risiko tinggi untuk bunuh diri. Dalam hal ini guru perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk mengubah sikapnya agar mampu bertindak sebagai media untuk mengubah perilaku siswa (”agents of change”).
- Guru perlu menjadi lebih adaptif secara sosial dan psikologis untuk mengubah realitas. Guru harus mengidentifikasi ”anak yang mengalami krisis” sejak dini dan guru perlu melakukan konseling atau merujuk mereka ke pelayanan yang sesuai.
- Anak perlu dilengkapi dengan keterampilan sosial, membangun rasa percaya diri, saling berbagi situasi krisis dengan yang lain, mencari saran dan bahan pertimbangan untuk membuat pilihan dan terbuka untuk pengetahuan baru. Guru perlu menciptakan lingkungan yang sehat untuk interaksi yang positif diantara siswa dan guru.
- Meningkatkan harga diri siswa dan membantu mereka mengatasi situasi stres dengan berbagi pengalaman hidup yang positif, mengurangi tekanan yang ditimbulkan oleh sekolah dan berkomunikasi dengan cara yang positif dengan anak-anak merupakan hal yang sangat diperlukan.
- Menciptakan sekolah agar menjadi tempat yang sehat melalui pengembangan kegiatan sekolah yang lebih baik, membina hubungan interpersonal dan mencegah perilaku berbahaya akan meningkatkan interaksi yang lebih baik diantara siswa dan guru.
- Mengupayakan program intervensi krisis (baca: turut menanggulangi kondisi krisis) untuk menyelesaikan konflik interpersonal, membantu anak-anak yang mengalami gangguan penggunaan NAPZA dan meningkatkan komunikasi yang saling mempercayai merupakan intervensi yang vital di institusi pendidikan.
- Mengembangkan pelayanan konseling secara teratur dan segera merujuknya ke sarana yang tepat bila guru sendiri tidak mampu mengatasi masalah tersebut.
- Membina komunikasi dan interaksi antara orangtua dan guru untuk membicarakan perkembangan kepribadian anak secara keseluruhan, tidak hanya sekedar membicarakan pencapaian atau kegagalan akademik.
- Mengidentifikasi anak dengan risiko tinggi dan melibatkan orangtua serta teman untuk mengatasi masalahnya, akan mengurangi risiko tindakan bunuh diri pada anak.
.
Facebook Comments